Selamat Membaca, Semoga Bermanfa'at , Bismillah..

Minggu, 15 Januari 2012

illogical

Bismillah...

Manusia hidup di dalam jenis atmosfer yang tidak hanya satu. Berkarakter dan bertalenta memang penting, tapi untuk apa ketika hanya bisa menjadi pengkritisi tapi tak pernah intropeksi. Merasa paling hebat tidak sepenuhnya salah, tapi untuk apa kalau tidak pernah mau memosisikan diri menjadi orang lain yang juga saudaranya sendiri? Untuk apa kalau hanya untuk menjatuhkan saudaranya yang memang sepenuhnya memelas untuk dibantu? Pandai membawa diri sepertinya bukan melihat siapa kita, tapi bagaimana kita melihat keadaan posisi dan kondisi saudara disamping kita.

Aneh ya? Ketika ada yang mengharap terus diberi tapi tak pernah memberi.
Ketika banyak yang menuntut ingin dihormati tapi tak pernah menghormati orang lain.
Tidak pernah menerima ketika di kritik tapi terus mencela dan mencari kesalahan orang lain.
Ingin terus dilihat orang lain, tapi tak pernah menengok keadaan saudaranya sendiri.
Maunya terus dimengerti banyak orang, tapi tak pernah mau memahami sikap saudaranya sendiri.
Setidaknya, ketika sudah tidak mampu lagi membantu, tak usahlah menghina, meninggalkan doa untuknya pasti jauh lebih mulia dibanding hanya menertawakan dan mencibirnya.

Ya, mungkin rasa malu itu sekarang mempunyai harga paling tinggi di pasaran.
Hanya orang-orang 'kaya' yang mampu yang membeli. Itu dia yang menjadikannya mahal, tidak semua mampu membelinya.
Dan yang paling janggal, kuantitas orang-orang 'kaya' itu tidak banyak,  bahkan sangat langka. Itu, mereka yang berani dengan gagah mengakui kesalahannya, mengumumkan niat suci permintaan maafnya. Tanpa gengsi dan takut pamornya turun.

Ooh atau mungkin mereka yang hanya bisa mencela tanpa do'a itu merasa bangga ketika banyak orang yang segan berteman dengannya? Oh jangan-jangan mereka merasa puas setelah nafsu amarahnya menjadi topik perbincangan banyak kerabatnya? Atau begini, mereka berpendapat mimpi menjadi dewa yang dilayani banyak orang karena ulah yang merendahkan dirinya sindiri itu menjadi kenyataan? Kasihan sekali ya?

Banyak yang merasa menjadi juru kunci setelah menyimak banyak aib saudaranya. Dan tragisnya, mereka merasa menjadi satu-satunya orang yang paling jumawa ketika saudaranya yang lain tahu tentang aib saudaranya yang satu lagi. Bangga karena bisa mengekspos semua yang memang perlu pembenahan. Dan itu mereka anggap seperti ajang promosi kehormatan dan bakat. Padahal semua bisa diselesaikan baik-baik dan tak perlu ditorehkan kepada muka dunia. Menggelikan bukan?

Entah apa namanya ini sesuatu yang memang tak pantas untuk ditiru siapapun yang merasa berilmu dan berakhlak. Bukankah seantero dunia juga tahu, setiap kepala dinilai dari cara dia berbicara, dinilai dari perilakunya. Bagaimana akan dianggap terhormat kalau perilakunya saja sudah tidak menghormati dirinya sendiri? Sangat disayangkan, padahal sikap yang tidak santun itu yang membuatnya tidak terhormat itu, yang mereka anggap sebagai tameng kegagahan mereka itu, yang perlahan menurunkan daya wibawanya.

Yasudahlah ya, itu kenyataan yang ada, yuk jadikan pelajaran bersama. Semoga Tuhan memampukan kita semua untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari mereka yang memaksa minta dihormati itu. Dewasa itu, bukan usia, tapi bagaimana pribadi tersebut bisa menyikapi amarahnya dengan anggun, swear it!

Semoga Bermanfaat :) 

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar