Bismillah...
Tinggi dan rendahnya permukaan tak menjadi ukuranMu menetapkan kehendakMu.
Siapapun, dan apa pun keadaannya, pasti Kau eksekusikan takdir hebatMu, entah itu kebaikan, atau sebuah rahmat yang kurang berkenan bagi yang mengembannya.
Aku, entah kapan aku menerapkan kesadaranku pada semua yang bergulir melirikku.
Waktu memang berhak terus berputar.
Seperti melodi cerita hidupku yang terus melukis pelangi kelabu dan bahagia.
Kalau memang rotasi warna hidup tak acuh melirikku, aku pun tak peduli.
Karena berteman dengan waktu, berarti siap kehilangan dan siap hangat menyambut apapun dan siapapun.
Saudaraku, pernah kau dengar suara nuranimu bernyanyi bersama indah alam ini?
Kalau iya, teruskan lah bernyanyi semerdu mungkin, walau telinga waktu tidak mendengarnya.
Sahabatku, maukah kau mengajak langkah kakimu mendekat kepada senyum manis kehidupan?
Kalau iya, berlarilah.
Rentangkan tangan mu untuk merengkuh apapun itu, siapapun, dan dimanapun.
Dan, tidakkah kau mau, sekedar tersenyum kepada sang duri pencelup darah kemenanganmu?
Kalau iya, bersabarlah, karena benteng pertahananmu, tak akan menyinggung masa depanmu yg suci dan bersih.
Banyak dari mereka, bahkan sebagian besar, menginginkan bongkahan mutiara tak terproses.
Tak mungkin memang, tapi itulah kenyataannya.
Banyak yang terbelalak setelah mengenal lama lembah berbagi ceritanya, tapi justru merasa salah memilih dan ingin mencari, mendapatkan yang lebih.
Kaum mayoritas itu, mendambakan kelambanan waktu saat mereka merasa menjadi juara nomor satu.
Apapun sebab akibatnya, itu keinginan yang jelas tergambar dari semua kesimpulan raut wajahnya.
Carut marut kehidupan sampai detik ini pun tak mampu lembut menuntun pahitnya masa lalu pergi dari penglihatan semuku.
Walau kubiarkan cahaya melukiskan semua kenangan di mimpiku, aku tetap tak menyesal pernah mengenal semuanya.
Itu hanya hadiah yang dibedakan oleh perasa variasi.
Entah apa kesimpulan yang nanti kurangkum dalam album kerentaanku.
Yang kutahu, sampai hari ini, Tuhan masih menemaniku bernafas.
Entah apa yang bisa kuberikan lagi untuk mereka jiwa kesayanganku.
Yang kupahami, sampai detik ini, Tuhan masih menjaga mereka disisiku.
Entah sampai kapan aku bisa jelas menyimak berbagai bias cerita yang berbunga.
Yang kujalani, sampai sekarang, Tuhan belum menempatkanku di peristirahatan terakhirku.
Dan entah sampai mana kamuflase tanpa penawaran ini bertahan.
Yang kupelajari, mengukir senyum ceria diwajahku, tanpa menunggu hatiku tersenyum lebih dulu.
Kini biar Tuhan yang Melihat, dimana namaku tersematkan.
Karena ku yakin, Tuhan tak kan membiarkan ku sendiri.
Karena ku tahu, Dia, tak pernah takut dengan apa yang Dia putuskan.
Dan ku percaya,
Dia mengetahui semua keterbatasan dimana senyumku tak terukir lagi.
Semoga Bemanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar